Minggu, 13 Mei 2018

Cerpen Lima Ribu Kata

Annoying Strange

Kali ini aku akan menceritakan tentang masa-masa dulu yang sangat nyaman untuk di kenang,namun jangan salah walaupun nyaman tapi ada sedikit pedih saat aku mengingat nya. Oh iya sebelum membaca nya aku saran kan jangan terlalu serius dengan cerita ini, ini hanyalah cerita seorang gadis labil. Jangan bertanya-tanya kenapa aku bisa berkata begitu dan satu lagi jangan terlalu banyak perotes dengan cerita ini, karena ini cerita ku, nikmati saja dan bayangkan rasa nyaman nya. Tinggalkan rasa pedih nya, biar aku saja yang merasakan.

BRAK, tiba-tiba motor di depan ku tidak sengaja menabrak bagian depan motor ku.
“Heh, mata nya dimana sih motor gue kan lecet”           
 Walaupun aku tau ini ada sedikit kesalahan ku yang tidak sabar menunggu sang pengguna motor untuk keluar dari tempat parkir tapi karena terlalu takut tempat itu diisi dengan motor lain langsung saja ku maju kan posisi motor.
“lah ni bocah, kan lo yang ga sabar kenapa gue yang kena marah?” si pengguna motor tersebut langsung menoleh kearah ku,di buka nya kaca helm pelangi itu.
Langsung terlihat mata hazel yang tajam menatap ku dengan membunuh.
 “Yaudah salah gue, buruan kenapa keluarin tu motor” aku pun tak mau kalah dengan kata-kata nya tadi, lalu si Rara menghampiri si pengguna motor itu “Haduh mas ganteng, maafin temen rara ya dia ga sabaran emang orang nya” sumpah demi apapun aku ingin sekali menjambak rambut rara saat dia menyebut mas ganteng. Si mas-mas yang menurut rara ganteng tapi tidak sama sekali untuk ku, pun pergi tanpa meninggalkan apapun.
Langsung ku parkirkan si pinky lecet gara-gara si mas-mas barbar,
“Kurang asem banget sih tu orang, gak ngomong maaf kek atau apa kek gitu” rara pun yang sedang berkaca di kaca spion pun langsung menoleh kepada ku “kan emang salah lo ca, ngapain coba maju motor saat si mas ganteng lagi mau ngeluarin motor.”  Sebelum aku menjawab ucapan nya iya langsung memotong “Yaampun caaaaaaa, film kita udah mulai 15 menit” “Issssssssss sial banget gue hari ini” aku dan rara pun langsung berlari kucar kacir menuju bioskop di dalam mall.
            Hari ini memang sudah aku dan Rara rencanakan untuk menonton film yang sudah kami tunggu-tunggu, tapi entah apa salah ku hari ini di saat mood sedang baik untuk menonton film, tiba-tiba ada saja yang merusak nya. Laki-laki tadi memang sedikit tampan, ia menggunakan jaket parasut berwarna navy blue dan sepatu kets berlambang bintang bermotif tribal yang terbilang unik, dan mata nya yang masih sangat aku ingat hingga sampai dirumah mata hazel yang tajam, tapi tidak tidak akan ku jadikan dia gebetan, karena apa? Karena dia tidak akan ku temui lagi dan aku pun tidak pernah sudi bertemu dengan orang yang amat menyebalkan. Selesai menonton film tadi aku langsung pulang dan saat ini untunglah keadaan kamar ku sedang rapi,sudah cukup menambah mood ku.

            Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka dan terlihat lah seseorang badan tinggi dengan kaos putih dan rambut jambul berwarna coklat,
“Jadi gimana film nya,dek?” itu adalah kakak ku,Rino.
“Gak tau”
aku pun sibuk memeluk boneka yang besar nya setengah badan ku sambil berguling di kasur, Rino pun mendekat kearah ku
 “Loh kok gak tau, kata rara kamu nonton hari ini sama dia?” kakak ku memang berpacaran dengan Rara, entah apa alasan Rara si cewek imut bermata belok itu dengan kakak ku yang terbilang urakan.
“Iya nonton sih, tapi mood nya rusak jadi gak ngeh deh apaan maksud film nya”.
“emang nya ada apa sampe ngerusak mood kamu gitu?”
Akhirnya, aku pun menceritakan sederet kejadian bertemu dengan orang asing menyebalkan tadi.
“Hahahaha, itu emang salah kamu,dek.” Rio pun mengacak-ngacak rambut ku dengan gemas
“Kok salah aku sih? Dia yang buat motor aku jadi lecet loh kak”
“Jadi cewek itu harus sabar dan bisa ngontrol emosi, jangan meledak-ledak dong. Ntar jomblo seumur idup kan yang susah masih mama sama kakak dek”
“APA HUBUNGAN NYA COBA,ASEM LO” Rio pun semakin tertawa saat melihat raut wajah ku yang sangat kesal mendengar ucapan nya tadi dan langsung berlari keluar kamar.

            Pagi ini keadaan sekolah sangat ramai dikarenakan sedang ada kunjungan dari salah satu universitas negeri yang lumayan terkenal, jangan tanya pada ku selesai dengan sekolah ini aku akan melanjutkan kemana karena aku belum memiliki bayangan untuk itu.
            Tiba-tiba masuklah beberapa orang kedalam kelas ku, mereka menggunakan almamater berwarna kuning cerah,hingga mata ku sedikit jengah ingin melihat nya. Namun seorang laki-laki yang tidak menggunakan almamater melainkan hanya menggunakan kaos tangan panjang itu membuka pembicaraan, di dalam pikiran ku hanya ada satu pertanyaa. Wajah cowok ini seperti tak asing. Tapi siapa dia.
“Ada yang ingin bertanya tentang jurusan yang barusan saya paparkan?”
Cowok itu pun membuat lamunan ku terhambur karena suara nya lumayan keras, tangan ku pun tiba-tiba reflek terangkat ke udara saat yang lain diam.
“Iya,kamu mau nanya soal apa?”
“mmm,ini anuu. Kok perasaan kita pernah ketemu ya?”
Aku pun menyesali ucapan ku saat itu, kenapa mulut ini seakan diluar kendali dari otak?
Kenapa harus bertanya itu?kenapa?
“Hah?”
Cowok itu pun bingung dengan pertanyaan yang ku ajukan.
“Maaf sebelum nya disini kami hanya menjawab pertanyaaan tentang jurusan kami atau universitas,selain itu tidak akan kami jawab”
 Tiba-tiba ada seorang cewek dengan wajah lumayan cantik dan rambut hitam nya di pony tail menjawab pertanyaan ku tadi dengan sedikit tidak senang.
“Hahahaha sukurin lo,Cha. Cewek nya marah noh loh sok kenal sih sama ni abang-abang”
Sahut teman sekelas saat mendengar jawaban tadi.
“Oh gitu ya,mbak. Kalo gitu sih saya ga jadi nanya” Aku pun lumayan kesal dengan jawaban si mbak-mbak yang lumayan cantik tadi, aku kan niat nya hanya ingin bertanya. Siapa tau itu cowok temen lama atau apalah. Akhirnya aku pun memilih keluar tanpa ucapan permisi atau pun menatap mereka yang masih serius menjawab beberapa pertanyaan teman sekelas ku.
            Aku memilih duduk di depan lapangan basket sambil meminum yogurt yang ku beli di kantin tadi, tapi ketika pandangan ku mengarah kedepan aku melihat Pak edy sedang berjalan ke arah kelasku. Fyi, Pak edy itu guru matematika paling galak saat melihat siswa nya tidak lengkap di kelas dan lebih gawat nya dia akan mengajar ke kelas ku. Tanpa pikir panjang aku pun berlari dengan kencang tanpa melihat bahwa ada seseorang di depan dan akhirnya aku menabrak orang itu sehingga menumpahkan yogurt di kaos panjang  nya.
“Haduh, maaf”
Aku pun berusaha membersihkan sisa-sisa yogurt yang menempel
“ makanya jalan pake mata, setiap ketemu pasti sial.”
“Ya maaf kan tadi buru-buru, ehhh tunggu-tunggu tadi lo bilang tiap ketemu gue? Emang kita pernah ketemu?”
“Iya,lo yang nabrakin motor gue dari depan pas di parkiran mall”
“kan bener, kita pernah ketemu. Terus kenapa lo pura-pura bego pas gue tanya di kelas tadi?”
Aku pun merasa kesal saat mengingat kejadian itu, aneh rasanya tetapi saat itulah ku putuskan aku membenci mbak-mbak yang menyangah pertanyaan ku tadi.
Cowok yang tak sengaja ku tabrak tadi lalu pergi melewatiku tanpa menjawab pertanyaan ku lagi,
“Gila, tu orang aneh banget”
Aku pun mengingat kembali kalau penyebab ku belari dengan kencang bahkan menabrak orang tadi adalah, pak edy yang akan masuk kelas. Tanpa perlu berpikir panjang aku pun langsung berlari kearah kelas.

            Kali ini aku menulis dengan sedikit bingung, kenapa waktu itu takdir dengan sengaja mempertemukan ku kembali pada mu. Yang jelas aku mensyukuri semua kebetulan itu, ku syukuri setiap kejadian yang engkau bilang itu adalah hal sial di dalam hidup mu. Tapi saat ini aku kata kan, hal sial itu terjadi pada ku.

            Selesai dengan jam terakhir bearti selesai juga rasa terkurung ku di dalam kelas ini, aku pun mulai berpikir apa yang akan ku lakukan setelah pulang sekolah ini. Jangan kalian kira aku akan pulang kerumah lalu mengulas kembali pelajaran ku, sungguh itu bukan aku.
“Ra, kita mau kemana hari ini?”
Rara yang ku tanya pun sedang menerima telpon dengan wajah yang serius, ku yakin itu telpon dari kakak ku.
“Raaaaa, yaampun gue kan nanya. Jawab kek”
Rara pun menaruh handphone nya kedalam tas berwana pink dengan motif polkadot itu, lalu menatap kearah ku tepat nya mata belok itu menatap tajam mata ku.
“Lo lupa? Hari ini tu ulang tahun bokap lo, Cha. Tadi kak Rio bilang mereka ngehubungi lo tapi Nihil, handphone lo mati. Jangan bilang sengaja yaa”
“Iya tau dan emang sengaja banget gue matiin”
“Jangan gitu, Cha. Kasian bokap lo disana, jangan dikira mereka udah ga ada di dunia ini terus ga bisa ngeliat lo? Gaaaa, Cha. Bokap lo pasti sedih, udah tiga tahun lo ga ke makam nya.”
“Ra, lo tau alesan nya. Jangan paksa gue”
Aku pun langsung mengambil tas dari atas meja dan meninggalkan Rara yang masih kesal, aku bukan tidak mau kesana tapi hati ini yang masih enggan. Hati ini terlalu sering membela yang salah sehingga saat tahu akan kebenaran nya hati ini lah yang menjadi korban. Yang aku tahu dulu ayah ku adalah cinta pertama ku, sebelum perempuan itu datang dan merampas apa yang seharus nya untuk ku. Saat itu ku kira bukan salah ayah, bukan. Karena aku yakin seorang ayah akan sangat menjaga keluarga nya, karena menurut ku ayah adalah sosok busur panah yang mengarahkan anak panah nya ke arah yang tepat, ternyata salah.
            Aku mengenang saat pertama kali ibu ku memberitahu, bahwa aku dan kakak ku harus pergi dari rumah yang sudah lama ku tempati. Karena ayah ku tak ingin lagi membangun sebuah tujuan bersama dengan ibu ku yang telah menemani nya dari awal. Ia lebih memilih wanita muda yang sedang mengandung anak nya, saat pertama kali aku mendengar hal ini rasanya aku tak percaya, hingga saat itu kakak ku sendiri yang menjelaskan bahwa memang benar ayah akan membuang keluarga ini demi wanita jalang itu. Permintaan ku saat itu hanya lah bertemu dengan ayah ku hanya itu, sebelum aku kakak dan ibu ku pergi keluar kota meninggalkan semua kenangan itu. Namun dengan segala alasan wanita itu tidak memperbolehkan ayah menemui ku, hancur? Bukan hancur, lebih tepat nya aku merasa tidak ada lagi tempat berlindung atau pun tempat mengarahkan.
Aku pun memilih untuk pulang walaupun aku tahu bahwa di rumah pasti tidak ada orang, tapi itu yang ku cari agar bisa menangis sesedih mungkin hingga lega tanpa tersisa sesak. Untuk sesaat.
Di dalam taxi aku meningat kembali, dulu ayah ku yang selalu mengantar dan menjemput ku sekolah. Dan ia juga yang membuat ku menjadi sedikit manja, itu menurut ku. Namun menurut kakak ku, aku sangat  manja.
“udah pak stop di sini aja”
Si bapak yang ku suruh pun mengikuti perintah, lalu aku memberikan tiga lembar uang sepuluh ribu.
Aku pun masuk ke dalam rumah lalu langsung mengarah ke dapur dan membuka kulkas dan mengambil susu coklat dingin, mungkin ini bisa membuat otak ku sedikit ringan.
Namun aku salah, pelan-pelan bulir bening ini jatuh dari sudut mata ku lalu jatuh ke pipi terus menerus, sakit itu masih kuras hingga sekarang aku berpikir bahwa semua lelaki itu sama. Sama-sama akan mencampakan kita saat ada wanita yang lebih lebih dari wanita sebelum nya.

            Aku menulis ini pun masih terasa ada sesuatu yang mengganjal di mata dan aku yakin saat mengedipkan mata, ada tetesan yang akan jatuh. Namun tak akan ku biarkan untuk sekarang aku hanya ingin mengenang yang membuat hati senang hingga bibir ku tersenyum ke mata. Ayah ku merupakan salah satu kenangan yang seperti itu, walaupun ujung nya meninggalkan beberapa bekas di mata, karena aku yang menangis semalaman. Oh iya, aku tak akan menulis lengkap kejadian apa saja yang ia buat. Karena biar aku saja yang meraskan nya, kalian yang membaca cukup tersenyum saja ya. Sudah ku bilang jangan terlalu banyak protest oh ini cerita ku hehehe. Mau ku mulai lagi? Mari ku ajak ke masa-masa indah itu.
            Hari ini sekolah diliburkan, ya karena hari ini minggu. Aku pun memutuskan masih bergelut didalam selimut walaupun sudah bangun sedari tadi, rasa nya kasur ini memiliki magnet yang sengaja menarik ku agar tak kemana-mana. Tiba-tiba handphone ku bergetar,
“Hallo Ra, ada apaan?”
“ Ya ampun lo pasti baru bangun ya, Cha?”

“Udah lama kok,cuman tadi ketiduran lagi sih. Ada apaan nih? Kalo ga ada yang penting gue mau nyambung lagi?”
“Ihhhh ati-ati lo, kalo anak gadis bangun siang ntar jodoh nya di patok pelakor?”
Aku pun bergeyit mendengar Rara berkata seperti itu,
“Lo mau ngomong apaan sih, lama banget basa-basi nya”
“ Ga asik banget sih, gue barusan cek akun Ig nya Mcd dan ternyata mereka lauching es krim terbaru. Gue liat foto nya aja udah ngiler banget, cha”
“Yaudah,ayok kesana”
Aku pun langsung bangkit dari tempat tidur menuju kea rah lemari berwarna pink, saat melewati kaca, sekilas terlihat rambut yang masih berantakan dan juga baju piama masih melekat di badan ku.
“Ga, mau ah. Gue cuman ngasih info aja, ga ada niatan pergi sama lo”
Proses memilah baju yang ku lakukan pun terhenti, saat mendengar kata-kata Rara tadi. Yang pasti disana ada nada yang sedikit mengejek.
“Jadi?”
“Eh, udah dulu ya. Kakak lo udah jemput nih, gue pergi duluan yakkk. Bye-bye jomblo”
Aku pun menutup pintu lemari dengan perasaan yang sedikit kesal, jadi maksud Rara tadi hanya ingin membuat ku iri saja? Jika memang iya, dia berhasil membuat ku penasaran dengan ras ice cream itu. Yasudah, aku bisa sendirian kesana. Toh sudah biasa kemana-mana sendirian lagian umur ku sudah 17 tahun. Aku pun membuka kembali pintu lemari dan pilihan ku jatuh kepada kaos panjang berwarna hitam, celana jeans hitam, dan tak lupa jaket jeans pink. Aku pun langsung memutuskan untuk mandi sebelum rasa mala situ hadir lagi, selesai dengan ritual panjang di kamar mandi, aku pun memakai pakaian yang sudah ku pilih, tak lupa memberi sedikit warna di wajah ku.
Saat aku turun ke bawah, ku temui ibu di tama belakang yang sedang sibuk merawat anak-anak nya, dalam artian bukan anak-anak sesungguh nya melainkan bunga angrek kesayangan nya.
“Bu, aku pergi ke mc’d boleh ya?”
Ibu pun langsung menaruh wadah untuk menyemprotkan pupuk ke atas meja, lalu menghampiri ku.
“Kamu sendirian?”
“Iya, Rara pergi sama kakak sih”
“Nah, kamu juga harus punya temen selain Rara, Cha”
“Hmm, kan udah-“
Saat aku ingin menyudahi ucapan ku, namun ibuku terlebih dahulu memotong nya.
“Kalo mau punya pacar juga boleh, Cha”
Menurut ku ini sangat sensitif, teman dekat ku memang hanya Rara. Karena, tidak semua orang dapat menerima semua cerita kelam kita, sebagian dari mereka hanya ingin mencari tahu lalu meningalkan, namun lain hal dengan Rara. Ia mengatahui semua nya. Kalau untuk alasan pacar, aku belum bisa mengisi kepercayaan ku kepada semua cowok, menurut ku semua cowok itu sama hal nya.
“Bu, kan aku cuman izin kok jadi panjang. Di bolehin ga?”
“Iya,ibu bolehin kok. Tapi kamu jangan pulang ke maleman ya?”
“Oke, siap komandan”
Aku pun lansung belari kecil ke garasi dan lansung mengendarai si pinky. Sesampai nya disana, terlihat jelas dari luar antrian panjang di dalam sana. Aku pun memutuskan untuk tetap akan kesana dan merasakan ice cream itu dan memarkirkan si pinky di tempat parkir yang ramai dengan cowok-cowok yang sedang berkumpul, ku tebak mereka si tukang parkir.
Sesampai nya di dalam ternyata benar antrian nya semakin panjang, aku pun ikut ke dalam barisan panjang itu. Dan sampai lah ke depan kasir, tanpa panjang lebar aku pun memesan pesanan ku. Lalu mencari tempat duduk yang strategis untuk menghabiskan nya.
Selesai sudah merasakan ice cream yang baru itu dan tak perlu untuk bergantung kepada siapa pun untuk mendapatkan nya.
Aku pun keluar dari mc’d karena matahari sudah tenggelam, aku harus cepat pulang sebelum ibu menelpon dan mengoceh cukup panjang. Saat hendak keluar, aku pun mencari-cari kunci si pinky di dalam tas, tidak ada. Di kantong celana,tidak ada. Oke aku masih bisa tenang, ku cari lagi di kantong jaket, tidak ada juga. Disini aku mulai panik dan memutuskan untuk kembali ke tempat duduk tadi, walaupun sudah ada orang lain yang menempatkan nya aku pun memilih untuk bertanya, karena malu bertanya berujung pulang kemalaman.
“Maaf, mba. Tadi liat kunci motor ga ya disini?”
Si mba nya pun menatap ku.
“Oh, ga ada mba.”
“Yahhh, oke deh. Kalo ngeliat nanti kasih tau ya.”
Aku pun belari dari situ dan keluar, siapa tahu kunci si pinky masih tergantung di motor.
Dan ternyata saat ku cek, tidak ada. Aku pun bertanya dengan seorang cowok yang wajah nya sedikit menyeram kan karena ada tato di sebelah lengan tangan kanan nya,
“Maaf, mas. Liat kunci motor saya ga?”
“Oh kunci motor ini?”
Dia pun mengeluarkan kunci si pinky dari dalam kantong celana nya,
“Nahh iya itu”
Tangan ku dengan ajaib hendak langsung mengambil nya dari tangan si empu nya.
“Eh apaan, main ambil aja. Harus ada imblan nya dong?”
Ia pun menaikan tangan nya makin tinggi, melebihi tinggi badan ku.
“Loh, aku udah bayar parkir,mas. Sama itu cowok”
Aku memang sudah membayar biaya parkir dengan cowok yang berbeda namun keyakinan ku berkata mereka saling kenal.
“Beda lah, lo kira jagain nih kunci muda?kalo gue jahat, dah gue jual ni motor”
Mas-mas itu pun langsung menaiki pinky dan menyalakan nya, aku panic dan mencari pertolongan di sekitar sana.
“Eh turun ga lo, apaan sih pake mau jalanin motor gue”
Aku pun mulai takut saat si mas ini turun dari motor ku namun tatapan nya se akan-akan mengingkan hal yang tak ku pahami.
“Atau lu semalem deh,ikut gue, kita asik-asik mau ga? Di jamin rahasi lu aman dan motor lu balik”
Dia pun mengelus wajah ku, di sana memang sepi sehingga tak ada yang bisa menolong ku. Namun tiba-tiba tangan itu ada yang menepis nya.
“Eh, yang sopan dong kalo sama cewek”
Laki-laki itu, dia. Dia yang ku tabrak saat di parkiran mall, ku tabrak saat aku belari masuk ke kelas
“Lo siapa ya? Mau banget jadi pahlawan kesiangan?”
“Gue pacar nya, jadi lo harus sopan sama cewek gue. Buruan kasih tu kunci motor sebelum gue panggil polisi biar lo sama gerombolan lo mampus, mau?”
Apa, apa yang dia bilang langsung membuat ku panic sepanik-panik nya, se enak nya saja mengatakan aku pacar  nya. Namun, itu bukan yang menjadi fokus ku. Saat cowok itu mengatakan akan memanggil polisi mas-mas itu pun langsung memberikan kunci si pinky dengan muka yang mengaku kalah, bukan dia saja yang pergi anak-anak buah nya pun ikut pergi.
“Nih kunci lo, lain kali ati-ati.”
“Haduh, makasih yaaa.”
“Cerobah banget sih hidup lo”
“hehehe yak an gue tadi buru-buru, btw gue Acha. Lo siapa?”
Aku pun mengarahkan tangan ku kedepan nya
“Gue Lucky, tapi selalu sial saat ketemu lo”
Lucky pun hendak pergi namun ku tahan.
“Eh jangan pergi dulu, kan gue utang budi sama lo. Jadi gue traktir di dalem yuk?”
Ku lihat mata coklat Lucky melotot, seakan tak menyangka aku akan berkata seperti itu.
“Udah, ayok. Ga usah malu-malu. Eh tapiii tunggu bentar ya”
Aku menarik tangan nya untuk mengarah masuk ke dalam lagi, namun ku lepas.
“Apaan?”
“Aku telpon ibu dulu, sebelum kuping ku panas karena pulang ke malaman hehehe”
“Yaudah, ga usah deh traktir nya. Lagian gue ikhlas kok”
“Eh jangan dong, lo tu emang membawa Lucky di keadaan gue tadi. Jadi gue harus bayar”
“yaudah kabarin sana”
Aku pun menelpon ibu ku, lalu menceritakan semua kejadian tadi. Ia sempat khawatir namun akhir nya bernafas lega saat ku bilang ada teman yang menolong ku. Namun tetap saja aku di ceramahi.
“Udah nih, yuk masuk”
“Iya, bisa masuk sendiri ga usah di tarik-tarik”
“Eh,iya maaf ya. Soal nya lo keliatan sama kek kakak gue.”
Sesaat aku dan Lucky masuk ke dalam lagi, adzan magrib pun bergema. Aku langsung menyuruh nya untuk cepat memesan apaun yang ia mau, selesai dengan pesanan, kami pun mencari tempat duduk lagi. Karena memang disini sangat ramai dengan anak-anak yang nongkrong disini.
“ Tadi udah adzan ya?”
Lucky pun bertanya kepada ku.
“Iya nih, lo mau sholat ga?”
Lucky pun menyapuh pinggiran bibir nya dengan sehelai tissue yang di berikan oleh si kasir dan
“Yaudah yuk sebelum habis waktu nya, Lo mau gue imamin ga?”
“Hah?”
Aku pun melongo saat Lucky berkata seperti itu, entah apa maksud nya namun ia menyadarkan ku dengan lambai tangan nya tepat di depan wajah ku.
“Udah ga usah baper, entar juga kejadian kok?”
“apaan sih, lo aneh-aneh terus ngomong nya. Tadi bilang gue pacara lo, terus tadi ngomong mau ngimamin gue. Aneh”
Lucky pun menahan senyum nya saat aku berbicara dengan sedikit nada kesal namun.
Aku dan Lucky pun sampai ke mushola yang ada disini, kami berdua pun langsung berpisah karena harus mengambil wudhu di tempat masing-masing, selesai dengan sholat magrib. Aku pun memasang sepatu sambil menunggu Lucky  keluar,
“Kok lo lebih lama dari gue sih sholat nya”
Aku pun bertanya saat ia muncul di samping ku, lalu memasang sepatu wakai nya dengan mudah.
“Doa nya panjang”
“Emang lo mintak apasi,Ky?”
“Mintak lo buat jadi pedamping hidup gue”
Dia menjawab pertanyaan ku lalu langsung berdiri dan berjalan kea rah parkiran pinky,
“Apaan sih, Ky. Lo ngegombal terus”
Aku pun mengejar nya dan menyamakan dengan langkah nya yang lebar.
Sampai lah kami di depan si Pinky,
“Pulang sana, bentar lagi isya. Ga baik anak gadis jam segini masih di luar”
“Iya ini gue emang mau langsung pulang. Btw, lo pulang nya gimana?”
“Gue bawa mobil, lagian gue cowok dan udah gede. Bukan kek lo”
“Ihhh selalu ngeremehin yang muda, dasar tua.”
“Tua-tua gini, ntar juga jadi”
“Dahhh ga usah di lanjuti, makin ga karuan.”
Aku pun menghidupkan si pinky dan memasang kancing jaket dengan rapat tak lupa juga dengan helm nya.
“Gue pulang ya”
“Iya tiati ya, kalo besok kita ketemu lagi bearti, kata-kata gue sama si preman tadi bener, oke?”
“Hah? Apaan sih, ogah banget. Dahh”
Aku pun langsung menjalankan motor dan meninggalkan Lucky yang masih bisa ku lihat dengan kaca spion, ia masih berdiri disana dengan senyum hingga kemata nya. Aku suka senyum itu. Ini pertama kali nya, aku bisa senyaman ini dengan cowok selain kakak ku. Mungkin kah bertemu lagi dengan dia?mungkin tidak, ia hanya orang asing yang tak sengaja mampir di hidup ku.
             Di hari itulah, untuk pertama kali nya aku bersikap biasa saja dengan cowok. Mungkin kalimat cowok kurang pantas di tulisan disini. Lebih tepat lagi kalau aku menggunakan laki-laki. Namun, menurut ku waktu itu belum kutemukan sosok laki-laki seutuh nya. Laki-laki menurutku adalah ia yang memiliki sikap dewasa dan bisa mengarahkan hidup, lebih terpenting lagi dia bisa mengubah semua jalan pikiran ku. Konyol sih, namun itulah kisah ku. Mari ku lanjutkan.
“Assalamualaikum, I’m home”
Saat aku sampai di depan rumah dan melepaskan helm, ku temui mobil dan beberapa sepatu yang berantakan di depan pintu. Itu sudah pasti sepatu teman-teman kakak ku. Aku pun masuk kedalam rumah dan ternyata tebakan ku benar, ada beberap teman nya yang sudah biasa datang dan ada
“Loh, Lucky?”
Si empu nya pun menoleh, namun kali ini mata nya di hiasi oleh bingkai kacamata. Menurut ku itu pas untuk nya yang cukup menjengkelkan.
“Lo ngapain disini?”
“Gue kesini nemuin Rio, soal nya dia temen satu kampus gue”
Dia pun menujuk kearah kakak ku yang baru saja datang dengan tampan yang berisikan matcha latte di beberapa mug kecil,
“Eh kalian udah saling kenal?”
“Dia ini tu kak, penyebab aku badmood pas waktu itu. Yang waktu itu gue ceritain”
“ohhh yang lu nonton sama Rara tapi bego nya lo ga ngeh, itu film tentang apa?”
Lucky pun tertawa mendengar ocehan laknat Rio,
“Heh, bukan bego tapi diaaa yang-“
“Iya, waktu itu adek lo nabrak motor gue. Terus doi yang marah”
Kakak ku pun tertawa dan beberapa kali mengirimkan sinyal mata kepada Lucky, aku tak peduli tentang itu.
“Oh iya, hari ini Lucky juga yang bantuin aku lepas dari preman”
Aku pun menyesap matcha latte buatan kakak ku, bodoh lah ini buat siapa yang terpenting buatan Rio selalu menjadi favorit.
“Wow, boleh juga lo,Ky. Si gunung es udah bisa nolongin cewek. Suka lo sama adek gue?”
Lucky pun menatap mata ku dengan cukup dalam saat pertanyaan itu di lemparkan kepada nya,
“Iya kak, dia tadi bilang sama gue. Masa mau jadi imam gue?”
“Kan emang bakalan terjadi, Acha”
Aku pun melotot dengan jawaban nya dengan nada yang serius dan tegas.
“Rio, gue boleh minta adek lo ga?”
“Eh apaan sih minta, gue bukan barang”
Aku pun tak ingin mendengaran bualan itu terlalu lama, segera mungkin langsung naik ke atas dan masuk ke dalam kamar.
Hari ini lumayan panjang walaupun ku lewati dengan sendirian, di luar tedengar suara mobil yang pergi menjauh dari rumah, ku intip dari jendela kamar ternyata itu mobil Lucky.
“Untung deh, gue males tu orang lama-lama disini. Turun ah”
Karena aku bukan orang yang paling susah berkompromi dengan urusan perut, akhirnya selesai mengganti pakaian aku pun bergegas ke bawah dan berjalan kearah dapur, disana ada beberapa mie instant. Jika di luar sana banyak yang menjauhi nya, namu aku tidak, aku terlalu cinta dengan mie.
“Ehhmm, ga kenyang habis makan tadi?”

Tiba-tiba muncul lah sosok yang ku kira sudah pergi tadi,
“Loh, bukan nya lo yang pergi. Tadi kan”
“hahaha ternyata ada yang ngintip? Segitu penasran lo sama gue?”
Aku pun memakan mie instant yang sudah selesai ku buat tadi, dan tak memperdulikan Lucky berbicara.
“Cha, gue suka sama lo?”
Seketika aku tersedak mendengar perkataan nya tadi, namun tak ku pedulikan.
“Lo ga kenal sama sekali sama gue, Cha?”
Tetap tak ku pedulikan, aku hanya fokus dengan mie instant ku. Mie lebih penting daripada semua bualan nya kepada ku hari ini. Sebelum ia melanjutkan kata-kata nya tiba-tiba Rio pun datang dari arah ruang tamu dengan membawa kunci mobil yang ku yakini itu milik Lucky.
“Wihhh, pada ngumpul disini aje.”
“Dari mana kak?”
“Oh tadi jemput si Rara dari tempat nenek nya, mobil mereka tiba-tiba mogok di jalan sih”
“Oh” Aku pun bergerak dari duduk dan mengarh ke washtafel untuk mencuci tangan dan meninggal kan mereka berdua.
“Lu ngomong apa aja sama dia?”
“Ga ada, gue cuman bilang suka. Tapi ga di tanggepin”
“Mungkin si Acha belum ngeh, kalo lo itu temen masa kecil dia. Lagian kenapa ga langsung bilang aja sih, Ky”
“Gue belum sanggup nyakitin dia lagi”
“Kalo belum sanggup kenapa muncul lagi, mending lo beneran pergi daripada benih nya tumbuh terus tiba-tiba harus lo cabut”
“Lo tau kan masalah nya apa, jadi gue pergi dulu ya. Titip calon gue”
“Calon apaan sih, ngimpi lo”
“Hahaha, lo ga mau kasih gue jalan buat deketin Acha?”
“Besok lo dateng jam setengah lima kesini, ntar gue kasih jalan deh”
“Pagi banget, tapi demi adek lo sih gue siap”
            Jujur memang sewaktu itu apa yang di katakan oleh Lucky menjadi bahan pikiran ku, namun tetap saja ku buat seakan-akan angin lalu. Bisa-bisa nya dia, si orang asing yang menyebalkan dan baru bertemu dua kali dengan ku, langsung mengatakan suka. Ternyata apa yang ku anggap angin lalu menjadi angin ribut di hati ini.

Pagi ini aku sudah siap dengan seragam sekolah yang rapih dan langsung turun ke bawah lalu melihat ada seseorang yang dari tadi malam membuat ku pusing kepala. Aku pun langsung memilih duduk di sebelah kakak ku, tepat nya di hadapan Lucky. Bukan sial juga sih, toh Lucky itu menurut cewek-cewek nyaris bisa di katakan cogan jaman now.
“Di makan nak Lucky  nasi goreng nya, ini tu salah satu kesukaan Acha loh”
Aku pun sebagai si empu nya langsung menatap ibu dengan tatapan seolah-olah berkata, kenapa jadi bahas aku sih bu?
“Aelah dek, lu kaku banget. Ini temen gue lagi ke semsem sama lo”
“Uhuk”
Lucky pun batuk dan langsung meminum air putih yang diambilkan oleh ibu.
“Pelan makan nya nak Lucky, kalo emang itu bener tante si setuju-setuju aja kok”
            Hari itu aku di antar ke sekolah dengan nya, tepat di depan gerbang sekolah dia mengingatkan ku banyak hal, aku pun menemukan satu hal yang pasti hingga saat ini, bahkan aku menemukan penyesalan. Penyesalan kenapa waktu itu dan saat itu aku tak mencoba mengangap pembicaraan nya sebagai angina lalu, dan setelah kakak bercrita hati ku makin hancur. Mari ku beritahu tentang fakta nya, fakta nya dia adalah teman di masa kecil ku yang selalu menemani ku dalam keadaan apapun, namun saat keadaan ku yang ditingalkan ayah. Dia pun meninggalkan ku dengan alasan kedua orang tua nya pindah ke luar negri. Dan ternyata saat ia datang kerumah malam itu adalah malam yang seharus nya menjadi penentuan apa kah ia harus tinggal di sini dengan perasaan yang sama atau tidak, karena ia harus mengambil study di luar negri. Saat itu aku benci dengan sebutan luar negri. Namun yang ku tahu, ia pergi karena kakak ku yang bilang kalau hanya ingin menabur sakit hati di hati ku, ia harus pergi. Namun kalau ia ingin membahagikan ku sebagai salah satu misi nya, kakak ku memboleh kan nya disini. Mungkin dia memilih yang pertama.
            Hingga detik ini aku tak pernah lagi melihat nya, terakhir kali nya ya saat itu. Saat ia tersenyum seperti biasanya. Mata nya yang selalu memancarkan harapan baru. Jadi yang dapat kau pelajari dari kisah ku adalah tentang penyesalan yang selalu muncul di akhir.

Berawal Dengan Keisengan dan Berujung Dengan Kematian, di dalam Film Truth Or Dare.

Resensi Film Truth or Dare



Data/ Identitas Film
·        Produser          : Jason Blum
·        Judul Film         : Truth or Dare
·        Sutradara         : Jeff Waldow
·        Penulis Naskah : Jilian Jacobs, Michael Reisz, Christopher Roach, Jeff Wadlow
·        Pemeran             : Lucy Hale, Violett Beane, Tyler Posey, Nolan Gerard Funk, Landon Liboiron, Sophia Ali
·        Genre                 : Thirller, D 17+
·        Durasi                : 100 Menit

·        Sinopsis Film      :
            Sekelompok mahasiswa pergi berlibur ke meksiko, setelah seminggu bepesta mereja di ajak seseorang yang cukup misterius pergi ke sebuah gereja tua dan bermain Truth or Dare. Ada beberapa hal-hal aneh pada saat mereka berada di lokasi tersebut,  Ternyata permaim itu mengikuti mereka terus menerus. Permainan ini pun meneror satu persatu dari mereka yang terlibat dalam permainan di malam itu, Pertama kali di alami oleh Olivia. Ia mendapatkan terror-teror yang menyeramkan, setelah itu teman-teman Olivia yang lain pun mengalami nya.
            Teror  Truth or Dare tersebut memiliki campur tangan makhluk supranatural yang seakan-akan selalu mengikuti mereka, permainan ini terus mencekam karena mereka harus menjawab sejujur-jujurnya atau menerima tantangan yang diminta oleh makhluk aneh tersebut. Apabila mereka berbohong dan tidak melakukan tantangan tersebut nyawa mereka yang akan menjadi taruhan nya.
Kelebihan Film:
            Kelebihan film Truth Or Dare adalah, di dalam film ini sama sekali tidak menunjukan makhluk supranatural seperti film-film yang lain. Namun, hanya menampilkan beberapa orang yang mengalami kerasukan dengan wajah senyum yang sangat mengerikan. Serta beberapa scene di Film Truth Or Dare ini pun berhasil membuat para penonton seakan-akan ikut merasakan terror dan beberapa scene yang mengejutkan.
Kekurangan Film:
            Kekurangan Film Truth Or Dare adalah, alur cerita nya terlalu cepat sehingga penonton harus fokus memperhatikan setiap alur nya. Dan ada beberapa scene yang seharus nya menampilkan flashback agar para penonton lebih merasakan feel  nya dari film tersebut. Namun film ini sangat pas untuk para remaja yang ingin merasakan kembali film thriller yang menurut saya hampir sama dengan Final Destination.

Banyak Cerita di Balik Hujan:

Resensi Novel Hujan Karya Tere Liye






·        Judul Buku: Hujan
·        Penulis Buku: Tere Liye
·        Penerbit Buku: PT Gramedia Pustaka Utama
·        Cetakan: ke 16
·        Tebal Buku: 320 halaman
·        Tahun Terbit: Mei 2016
·        Sinopsis Hujan:
Semua di mulai dari pertemuan Lail dengan Elijah di sebuah ruangan terapi dengan perlengkapan teknologi tinggi, Lail menemui Elijah dengan satu tujuan yaitu,ingin menghapus ingatannya tentang hujan. Dulu Lail sangat menyukai hujan karena disaat hujan ia selalu bermain dengan perasaan gembira namun beda hal dengan kini hujan selalu turun di ikuti dengan cerita-cerita sedih nya.
Letusan gunung purba terjadi dengan sangat dahsyat, menyemburkan material vulkanik setinggi 80 kilometer dan menghancurkan apa saja dalam radiues ribuan kilometer. Suara letusan itu terdengar sampai jarak 10.000 kilometer. Letusan itu dengan cepat mengurangi jumlah penduduk yang semakin bertambah dan membuat bumi ini mengalami berbagai krisis.
Kejadian letusan gunung purba pun membuat Lail yang masih berumur 13 tahun saat itu menjadi sebatang kara.        Kedua orang tua nya menjadi korban dalam kejadian yang tak terlupakan ini.
Takdir membawa Lail bertem Esok, laki-laki yang menyelamatkannya dari reruntuhan tangga kereta api bawah tanah. Esok masih berusia 15 tahun saat itu.
Esok pun kehilangan ke 4 kakak nya dalam kejadian itu, sementara ibu Esok mengalami luka yang cukup parah,sehingga membuat kedua kakinya harus diamputasi.
Suatu hari Lail mendapat kabar Esok akan diadobsi oleh orang kaya, hal ini membuat Lail sedih karena disini ia akan berpisah dengan Esok dan entah kapan akan bertemu lagi, tak ada yang tahu pasti.
Sementara itu Lail masuk ke panti sosial, tempat penampungan anak-anak seusianya. Di panti inilah Lail bertemu dengan Maryam, si gadis kecil yang menjadi sahabat baik Lail.
Dengan penuh perjuangan Lail menjalani hidupnya, waktu berlalu dengan cepat. Lail pun beranjak dewasa, sambil terus merenka-nerka bagaimana tentang akhir kisah hidupnya.
Semua yang terjadi dalam ke hidupan nya telah ia lalui, berjuta kejadian yang masih sangat Lail ingat di benak nya  tentang kegembiraan, tentang perpisahan, tentang cinta, dan tentang hujan. Semua berputar-putar di kepala Lail, Menambah kalut di hati dan pikirannya. Bak benang kusut yang belum tau ujung nya, Membuat Lail sedih dan merasa sesak, yang akhirnya membuat Lail nekat menemui dokter ahli saraf untuk menghapus sebagian ingatannya, yakni tentang hujan dan terutama tentang Esok.
·        Kelebihan Buku:
Kelebihan dari novel Hujan ini adalah cover nya yang simple dan menampilkan Warna yang menarik setiap yang melihat dan pada bagian belakang nya tidak tersedia synopsis cerita seperti novel biasanya, hal ini juga membuat orang menjadi semakin penasaran ingin membaca cerita nya. Dari segi isi cerita Tere Liye berhasil membuat imajinasi yang sangat detail sehingga para pembaca seakan-akan ikut merasakan apa yang terjadi di dalam cerita, nilai plus yang lain nya adalah sebuah cerita cinta namun bukan yang main stream melainkan dilengkapi berbagai cerita menarik lain nya, novel ini pun sangat layak di baca untuk berbagai usia.
·        Kekurangan Buku:
Kekurangan dari novel Hujan ini adalah beberapa kata yang kurang dimengerti dan tidak di lengkapi dengan keterangan-keterangan arti dari kata-kata tersebut, lebih dari itu menurut saya novel ini nyari sempurna.