Selasa, 26 Maret 2019

Talk show dengan Youtuber

Talk show CREATIVEPRENEUR millenials Bersama ALL NEW SUZUKI ERTIGA




        Kali ini talk show bertema kan Creativepreneur Millenials bersama ALL NEW SUZUKI ERTIGA, dilaksanakan pada tanggal 24 maret 2019 di Atrium, Palembang Indah Mall. Dalam talk show ini memiliki pembicara yang menari yang pertama ada Gofar Hilam yang biasa di kenal dengan Youtuber atau content creator yang terkenal, selain itu ada juga Elysa Dian Thamrin sebagai Direktur Utama Thamrin Group. 

       Pada talk show ini Gofar Hilman pun membahasa bagaimana ia bisa menjadi youtuber dan content creator yang terkenal, dan Elysa Dian Thamrin pun membicarakan tentang bagaimana anak millennials zaman sekarang harus bisa menjadi kreatig.


Senin, 25 Maret 2019

Ulang Tahun Dosen Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif

Selamat Ulang Tahun Ibu Sumarni Bayu Anita, S.Sos, M.A

Foto bersama Bu Nita sebagai dosen pengajar mata kuliah metode kualitatif dan sebagai ketajur Ilmu komunikasi


       Pada tanggal 08 Maret 2019 yang lalu, dosen mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif sedang berulang tahun, namun pada hari itu kami anak semester VI reg. Pagi tidak ada mata kuliah MPK dan bu Nita pun sedang sibuk dengan kegiatan lain di STISIPOL. Lantaran hal itulah kami satu kelas belum sempat memberikan ucapan selamat ulang tahun. Tetapi pada tanggal 12 Maret 2019, kebetulan kami pun ada mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif, nah sebelum hari tersebut kami pun merencanakan untuk memberikan kejutan dengan memberikan kue kepada bu Nita, walaupun sudah telat beberapa hari dari hari H nya hehehe.


Karena adanya recana itu, kami satu kelas pun membagi tugas ada yang bertugas membeli kue dan sebagai nya, akhirnya pun semua nya lengkap dan pada saat mata kuliah sudah hampir selesai, aku dan salah satu teman kelas yaitu Mba ruri keluar kelas untuk mengambil kue yang kami taruh di meja receptionis, setelah selesai mengambil kue, kami pun bergegas kembali ke kelas teburu-buru sebelum bu Nita keluar dari kelas terlebih dahulu. 

Akhir nya timeing nya pass, kami pun masuk dan bu Nita masih sedang melayani mahasiswa di kelas yang sedang bertanya tentang tugas atau sekedar hanya meminta tanda tangan pada kartu absen. Saat aku dan mba ruri masuk kelas dengan kue di tangan semua orang didalam kelas pun langsung bernyanyi sehingga membuat bu Nita pun melihat ke arah kami dengan sedikit terkenjut melihat kami membawa kue ulang tahun. Sampai akhirnya bu nita meniup lilin nya, lalu kami pun berfoto satu kelas dengan bu Nita sebagai tanda kenang-kenangan bahwa dulu kami pun pernah memberi kejutan kepada salah satu dosen hits di STISIPOL.





Kamis, 21 Maret 2019

Metode Penelitian Kualitatif [ Pendekatan Agenda Setting ]

Penelitian Agenda Setting


Hasil gambar untuk agenda setting
Studi efek media 
denganpendekatan agendasetting (penentuan/pengaturan agenda) sudah dimulai pada tahun 1960-an, namun popularitas baru muncul setelah publikasi hasil karya McCombs dan Shaw di Chapel Hill pada tahun 1972. Mereka menggabungkan dua metoda sekaligus, yaitu analisa isi (untuk mengetahui agenda media di Chapel Hill) dan survey terhadap 100 responden untuk mengetahui prioritas agenda publiknya (Haryanto, 2003). Studi tersebut menemukan bukti bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat (0,975) antara urutan prioritas pentingnya 5 isu yang dilansir oleh media di Chapel Hill bersesuaian dengan urutan prioritas pada responden.

Agenda setting menurut McCombs & Shaw adalah “mass media have the ability to transfer the salience of items on their news agendas to public agenda” (Griffin, 2010). Pengertian ini menjelaskan bahwa media massa memang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi bahkan membentuk pola pikir audience yang terkena terpaan informasinya.

Walaupun penelitian tersebut hanya dapat membuktikan pengaruh kognitif media atas audiens, namun studi agenda setting tersebut sudah dapat dipakai sebagai upaya untuk mengkaji, mengevaluasi, dan menjelaskan hubungan antara agenda media dan agenda publik. McCombs dan Shaw (dalam Griffin, 2003) meyakini bahwa hipotesa agenda setting tentang fungsi media terbukti- terdapat korelasi yang hampir sempurna antara prioritas agenda media dan prioritas agenda public

Variabel dalam studi Agenda Setting

      Sampai dengan penerbitan hasil studi yang dilakukan oleh McCombs dan Shaw tahun 1972, hampir semua studi agenda setting yang dilakukan memfokuskan pada dua variabel, yaitu agenda media (sebagai variabel independen) dan agenda publik (sebagai variabel dependen). Analisis hubungan antar variabel yang dilakukan biasanya menekankan pada pola hubungan satu arah atau bersifat linear, yaitu bahwa agenda media mempengaruhi terbentuknya agenda publik. Ini merupakan bukti bahwa kebanyakan peneliti pada saat itu masih percaya bahwa efek media bersifat langsung, sehingga studi mereka lebih banyak berorientasi pada upaya pengukuran besarnya efek media. Banyak kritik dilontarkan, yang mempertanyakan dimanakah perbedaan substansial antara efek media di masa lalu dengan aplikasi pendekatan agenda setting dalam menjelaskan sifat dan derajad efek media terhadap audiens.

Dalam model tersebut, realita yang mengarah pada hubungan timbal balik antara agenda media dan agenda publik kurang mendapatkan perhatian. Seringkali terlupakan bahwa framing dan priming agenda media, dan tingkat kemenonjolan (salience) isu/kejadian pada agenda publik, merupakan proses tidak berujung dan tidak berpangkal. Kurang perhatian terhadap ’proses’ baik dalam bentuk agenda media maupun agenda publik, menyebabkan studi agenda setting kurang mampu menjelaskan mengapa isu-isu tertentu, yang disiarkan oleh media tertentu mempunyai pengaruh tertentu, bagi audiens tertentu.
Respon terhadap kenyataan tersebut adalah terjadinya perubahan orientasi dalam studi agenda setting bahwa agenda setting bukan hanya suatu gejala melainkan sebuah proses yang berlangsung terus menerus (on going process). Berdasarkan perspektif ini, pemenuhan (coverage) variabel dalam studi agenda setting menjadi sangat luas, karena melibatkan faktor-faktor yang merupakan bagian dari proses terbentuknya agenda media dan agenda publik dan sekaligus bisa digunakan untuk menjelaskan mengapa efek media sangat besar, kecil, atau tidak ada sama sekali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ada tidaknya pengaruh agenda setting (pengaruh agenda media terhadap agenda publik) disebut faktor kondisional, yang dapat dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) sebagai berikut:
1. Dari perspektif agenda media adalah sebagai berikut: framing; priming; frekuensi dan intensitas pemberitaan/penayangan; dan kredibilitas media di kalangan audiens.
2. Dari perspektif agenda publik adalah sebagai berikut: faktor perbedaan individual; faktor perbedaan media; faktor perbedaan isu; faktor perbedaan salience; faktor perbedaan kultural.

Rabu, 20 Maret 2019

Metode Penelitian Kualitatif [ Pendekatan Semiotika ]

Penelitian Semiotika


Hasil gambar untuk semiotika



        Kata Semiotika berasal dari kata Yunani semeon; semeiotikos; penafsir tanda; yang berarti ‘tanda’, ‘sign’ dalam bahasa Inggris. Semiotik ialah ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti bahasa, kode, sinyal, simbol dan sebagainya; dan merupakan suatu ilmu analisis tanda/studi tentang bagaimana sistem penandaaan berfungsi. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain Semiotika didefinisikan sebagai studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.

        Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda. Semiotik adalah sebuah disiplin ilmu sains umum yang mengkaji sistem perlambangan di setiap bidang kehidupan manusia. Ia bukan saja merangkum sistem bahasa, tetapi juga merangkum lukisan, ukiran, simbol-simbol didalam peradaban manusia/atau lambang-lambang yang dihasilkan oleh manusia, seperti lambang negara, lambang pemerintah daerah atau dalam istilah semiotika termasuk kategori semiotika sosial, bahkan naskah-naskah yang meliputi berbagai bidang keilmuan yang berkembang saat ini. Semiotika mewujudkan dirinya sebagai teori membaca dan menilai karya dan merupakan satu disiplin yang bukan sempit ruang lingkupnya. 

Obyek semiotika adalah tanda yang dihasilkan oleh manusia. Penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih sistematis pada abad kedua puluh. Mengacu para ahli semiotika modern mengatakan bahwa analisis semiotika modern telah di warnai dengan dua nama yaitu seorang linguis yang berasal dari Swiss bernama Ferdinand De Saussure (1857 - 1913) dan seorang filsuf Amerika yang bernama Charles Sanders Peirce (1839 - 1914). Peirce menyebut model sistem analisisnya dengan semiotik dan istilah tersebut telah menjadi istilah yang dominan digunakan untuk ilmu tentang tanda. Semiologi de Saussure berbeda dengan semiotika Peirce dalam beberapa hal, tetapi keduanya berfokus pada tanda. Seperti telah disebutkan di depan bahwa de Saussure menerbitkan bukunya yang berjudul A Course in General Linguistics (1913).

Menurut John Fiske, studi semiotika dapat dibagi kedalam bagian sebagai berikut:

1. Tanda/simbol itu sendiri, hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda/simbol yang berbeda, cara tanda/simbol yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda/simbol adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian yang menggunakannya. Menurut penukis jika dikaitkan dengan lambang negara, misalnya maka simbol-simbol yang ada pada lambang negara itu dapat dipahami dengan pemaknaan yang diberikan oleh negara terhadap makna simbol-simbol yang ada dalam lambang Negara

2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda/simbol, Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau mengekploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.
3. Kebudayaan atau tempat kode dan tanda/simbol bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda/simbol-simbol itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. Untuk memahami studi semiotika lebih mendalam, maka Yasraf Amir Pialang menjelaskan tentang beberapa elmen penting dari semiotika yang meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1. Komponen tanda/simbol; Apabila praktik sosial, politik, ekonomi, budaya, dan seni sebagai fenomena bahasa, maka ia dapat pula dipandang sebagai tanda/simbol. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda/simbol. Meskipun demikian, didalam masyarakat informasi saat ini terjadi perubahan mendasar bagaimana “tanda/simbol” dipandang dan digunakan. Ini disebabkan karena arus pertukaran tanda/simbol tidak lagi berpusat didalam suatu komunitas tertutup, akan tetapi melibatkan persinggungan di antara berbagai komunitas, kebudayaan dan ideologi.

2. Aksis Tanda; Analisis tanda berdasarkan sistem atau kombinasi yang lebih besar melibatkan apa yang disebut aturan pengkombinasian yang terdiri dari dua aksis, yaitu aksis paradigmatik, yaitu perbendaharaan tanda atau kata serta askis sintagmatik, yaitu cara pemilihan dan pengkombinasian tanda-tanda/simbol/simbol , berdasarkan aturan (rule) atau kode tertentu, sehingga dapat menghasilkan sebuah ekspresi yang bermakna.

3. Tingkatan Tanda; Barthes mengembangkan dua tingkatan penandaan, yang memungkinkan untuk dihasilkan makna yang juga bertingkat-tingkat. “Denotasi”, yaitu pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukan pada realitas yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi, tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang tidak ekspilisit, tidak langsung dant tidak pasti artinya, Relasi antar Tanda: Selain kombinasi tanda analisis semiotika juga berupa berupaya untuk mengungkapkan interaksi diantara tanda-tand/simbol-simbol. Meskipun bentuk interaksi antar tanda-tanda/simbol-simbol itu sangat terbuka, akan tetapi ada dua interaksi utama yang dikenal yaitu “metafora”, sebuah model interaksi tanda/simbol, yang didalamnya sebuah tanda/simbol dari sebuah sistem digunakan untuk menjelaskan makna untuk sebuah sistem yang lainnya, misalnya didalam lambang negara Indonesia ada perisai besar dan perisai kecil yang kesemuanya dibagi menjadi lima ruang yang didalamnya ada simbol-simbol yang mensimbolisasikan Pancasila, tetapi struktur letaknya dan cara membacanya dapat digunakan untuk menjelaskan sebuah sistem yang lainnya, misalnya sistem norma hukum dan keduanya ada bentuk interaksi “metafora”, yaitu antara cita hukum Pancasila dan sistem norma hukum yang seharus mengacu pada metafora pembacaan cita hukum dalam dalam lambang negara.

Berdasarkan pengertian semiotika dan obyek studi semiotika serta elemen penting dari semiotika di atas, maka dapat ditarik pengertian semiotika, bahwa ada dua pengertian: Pertama ilmu yang mempelajari/mengkaji tentang tanda-tanda/simbol-simbol beserta pemaknaan yang terdapat didalam simbol-simbol itu sendiri. Kedua sebuah teori dan analisis berbagai tanda (sign)/simbol (simbolic) dan pemaknaan (signification) didalamnya serta tata cara penggunaannya dalam kehidupan manusia.



Selasa, 19 Maret 2019

Metode Penelitian Kualitatif [ Pendekatan Grounded Theory ]

Penelitian Grounded Theory

Hasil gambar untuk grounded theory
        Grounded theory memiliki titik berat pada riset kualitatif. Riset yang mengaplikasikan grounded theory disebut penelitian grounded. Penelitian grounded merupakan sebuah metodologi riset atau bias juga dipahami sebagai sebuah pendekatan penelitian dimana data lapangan menjadi sumber formulasi teori. Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan teori yang muncul kemudian, disaat atau setelah data lapangan dikumpulkan.

Menurut Nazir (1988: 88) grounded research adalah suatu metode penelitian yang mendasarkan diri kepada fakta dan menggunakan analisa perbandingan bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori di mana pengumpulan data dan analisa data berjalan pada waktu yang bersamaan.

Lebih lanjut lagi, Nazir mengemukakan tujuan dari grounded research adalah untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori. Selain itu, penelitian jenis ini bertujuan untuk menspesifikasikan konsep serta memverifikasi terhadap teori yang sedang dikembangkan dan diperiksa dalam hubungannya dengan data yang ditemukan. Dalam penelitian grounded research metode yang digunakan adalah studi perbandingan yang bertujuan untuk mementukan seberapa besar suatu gejala tersebut berlaku untuk umum.

CIRI-CIRI GROUNDED RESEARCH

Nazir (1988: 89-90) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa ciri dari penelitian jenis grounded research, antara lain adalah:
–          Penggunaan data sebagai sumber teori,
–          Menonjolkan peranan data dalam penelitian,
–          Pengumpulan data dan analisa dilakukan dalam waktu yang bersamaan
–          Perumusan hipotesa berdasarkan kategori

LANGKAH-LANGKAH DALAM GROUNDED RESEARCH

a.       Merumuskan Masalah Penelitian
Perumusan masalah pada penelitian grounded research dilakukan secara bertahap, yakni pada tahap awal atau sebelum pengumpulan data, rumusan masalah dikemukakan secara garis besar yang berfungsi sebagai panduan dalam mengumpulkan data data, kemudian data-data yang bersifat umum tersebut dikumpulkan, setelah itu rumusan masalah dipersempit dan difokuskan sesuai sifat daat yang dkumpulkan. Rumusan masalah yang kedua ini digunakan peneliti sebagai panduan dalam menyusun teori. Sehingga dapat kita ketahui bahwa dalam merumuskan masalah pada penelitian grounded research dilakukan tidak hanya satu kali saja.
b.      Melakukan penjaringan data
Data dalam penelitian grounded research digali dari berbagai fenomena atau perilaku yang sedang berlangsung yang digunakan utnuk melihat prosesnya serta untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas/ sebab akibat.
c.       Analisis data
Tahap-tahap analisis data yakni, (a) open coding, peneliti membentuk beberapa kategori awal informasi tentang fenomena yang diteliti dengan memilah-milah data ke dalam jenis yang relevan; (b) axial coding, peneliti memilih salah satu kategori dan memposisikannya sebagai inti fenomena yang sedang diteliti; (c) selective coding, peneliti menulis teori dari berbagai hubungan dari seluruh kategori dalam tahap axial coding sebelumnya.
d.      Penyusunan teori
Dalam proses penyusunan teori meliputi analisa dari hubungan yang terjadi pada keseluruhan kategori yang telah ditemukan sebelumnya. Menurut Creswell (2008) mengemukakan bahwa teori dapat dituliskan dalam bentuk narasi yang menggambarkan kesalingterkaitan seluruh kategori.
e.      Validasi teori
Proses validasi ini dilakukan setelah teori selesai dirumuskan, dengan cara membandingkannya dengan proses-proses sejenis yang terdapat dalam penelitian sebelumnya. Creswell (2008) mengemukakan bahwa penilai luar, seperti partisipan juga daapt dimintai untuk memeriksa keabsahan teori maupun validitas dan kredibilitas data.
f.        Penulisan laporan penelitian
Creswell (2008) mengemukakan bahwa struktur laporan dalam penelitian grounded research sangat tergantung pada desain yang digunakan. Jika desain yang digunakan adalah pendekatan sistematik, laporan penelitian relatif mirip dengan struktur laporan penelitian kuantitatif, yang mencakup bagian-bagian perumusan masalah, metode penelitian, analisis dan diskusi, dan hasil penelitian. Jika desain yang digunakan adalah pendekatan emerging atau konstruktivis, struktur laporan penelitikan bersifat fleksibel.
Secara lebih singkat, Nazir (1988: 90-91) dalam buku Metode Penelitian mengemukakan bahwa terdapat langkah-langkah pokok dari grounded reseacrh, yakni (a) menentukan masalah yang ingin diselidiki; (b) mengumpulkan data; (c) menganalisa dan memberikan penjelasan; dan (d) membuat laporan penelitian


Senin, 18 Maret 2019

Metode Penelitian Kualitatif [ Pendekatan Studi Kasus ]

Penelitian Studi Kasus

Gambar terkait

        Studi Kasus merupakan salah satu dari jenis pendekatan yang dikemukakan oleh Creswell adalah studi kasus. Menurut John W. Creswell:S tudi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Jenis pendekatan studi kasus ini merupakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menyelidiki dan memahami sebuah kejadian atau masalah yang telah terjadi dengan mengumpulkan berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk mendapatkan sebuah solusi agar masalah yang diungkap dapat terselesaikan. Susilo Rahardjo & Gudnanto pada tahun 2010 juga menjelaskan bahwa studi kasus merupakan suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik.
Adapun yang membedakan penelitian dengan pendekatan studi kasus dengan jenis pendekatan penelitian kualitatif yang lain terdapat pada kedalaman analisisnya pada sebuah kasus tertentu yang lebih spesifik. Analisis dan triangulasi data juga digunakan untuk menguji keabsahan data dan menemukan kebenaran objektif sesungguhnya. Metode ini sangat tepat untuk menganalisis kejadian tertentu di suatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula.

Jenis-Jenis Studi Kasus:

1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah
 hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang, masa remaja, sekolah, topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
5. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa paa sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
6. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.

Gambar terkait

Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus

1. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit sosial.Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia.

2. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.

3. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi.Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan.

4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.

5. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, mudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.

Minggu, 17 Maret 2019

Metode Penelitian Kualitatif [ Pendekatan Etnografi ]

Penelitian Etnografi

Gambar terkait


     Etnografi merupakan suatu metode penelitian ilmu sosial. Penelitian ini sangat percaya pada ketertutupan, pengalaman pribadi,dan partisipasi yang mungkin, tidak hanya pengamatan, oleh para peneliti yang terlatih dalam seni etnografi. Para etnografer ini sering bekerja dalam tim yang multidisipliner. Di mana titik fokus penelitiannya dapat meliputi studi intensif budaya dan bahasa, bidang atau domain tunggal, ataupun gabungan metode historis, observasi, dan wawancara. Perlu dicatat bahwa penelitian etnografi ini juga dapat didekati dari titik pandang preservasi seni dan kebudayaan, dan lebih sebagai suatu usaha deskriptif daripada usaha analitis. Biasanya para peneliti etnografi memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat, namun tidak selalu secara geografis saja, melainkan dapat juga memerhatikan pekerjaan, pangangguran, dan aspek masyarakat lainnya. Beserta pemilihan informan yang mengetahui dan memiliki suatu pandangan  atau pendapat tentang berbagai kegiatan masyarakat.


Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang penelitian etnografi salah satunya adalah Emzir (2011:143) yang menyatakan Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural. 

Beberapa asumsi dasar penelitian etnografi yang dikemukakan oleh Emzir (2011: 148-149) adalah sebagai berikut : 1) Etnografi mengasumsikan kepentingan penelitian yang prinsip utamanya dipengaruhi oleh pemahaman kultural masyarakat. 2) Penelitian etnografi mengasumsikan suatu kemampuan mengidentifikasi masyarakat yang relevan dengan kepentingannya.  3) Dengan penelitian etnografi peneliti diasumsikan mampu memahami kelebihan kultural dari masyarakat yang diteliti, meguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan tersebut dan memiliki temuan yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif dari budaya tersebut.

Prinsip-Prinsip Metodologi Penelitian Etnografi 

          Penelitian etnografi merupakan penelitian terperinci yang dapat menggambarkan suatu

kegiatan, kejadian yang biasa terjadi sehari-hari pada suatu komunitas tertentu. Ini merupakan dasar kekuatan penelitian etnografi yang memberikan gambaran utuh tentang apa yang terjadi di lapangan. Berbeda halnya dengan penelitian kuantitatif yang menangkap kebenaran hakikat perilaku sosial dimasyarakat dengan sandaran studi latar artifisial atau pada apa yang dikatakan orang bukan melihat dan terjun secara langsung mempelajari apa yang dilakukan oleh obyek penelitian tersebut.



Hasil gambar untuk etnografi


Karakteristik Penelitian Etnografi

Creswell dalam bukunya “Educational Research, planning, conducting and evaluating quantitative and qualitative research” menyebutkan beberapa karakter penelitian etnografi diantaranya:
a.  Cultural
theme: Merupakan suatu budaya yang terimplementasikan atau tergambarkan pada suatu grup atau komunitas tertentu (Spradley:1980b.)

b.   A
Culture –sharing group: merupakan penelitian yang dapat dilaksanakan pada 2 orang atau lebih yang memiliki kesamaan sikap, perilaku dan bahasa. 

c.   Fieldwork:
Dalam penelitian etnografi Fieldwork  bermakna tempat dimana peneliti dapat menggabungkan data pada seting tempat dan lokasi yang dapat dipelajari .

d.   Description
in etnography: Merupakan gambaran terperinci dari obyek yang dilakukan penelitian.

e.   A
Context: merupakan seting tempat, situasi atau lingkungan yang melingkupi kelompok budaya yang dipelajari.

f.   Researcher
Reflexivity: Mengacu pada sebuah kondisi dimana seorang peneliti dalam kondisi yang sadar dan terbuka atas perannya sebagai peneliti yang dengannya dapat timbul rasa saling mempercayai antara peneliti dan obyek yang ditelitinya.